About Me

Foto saya
Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
Nama saya, Muhammad Hidayat . Saya lahir tanggal 3 juni 1990 di Makassar. Saya mahasiswa jurusan Sastra Indonesia di UNM, Makassar. Jiwa kesastrawanan saya lahir hingga di akhir masa SMA saya dan berkecimpung dengan dunia sastra, menciptakan puisi-puisi. Saya gemar membaca puisi-puisi seseorang karena menurut saya karya seseorang merupakan cermin dari kepribadian dirinya. Harapan saya agar generasi masa depan lebih gemar membaca buku-buku novel, cerpen ataupun puisi. “Berkarya menjadi fenomena pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan dalam hidupmu.”

Kamis, 11 Oktober 2012

Keterbatasan

Detik-detik yang melaju, 
setiap tarikan dan hembusan nafas yang semakin buntu
Aku lelah tanpa pengadaanmu yang dulu setia menyusuri taman hatiku
Aku runtuh

berkeping-keping dalam sayatan yang kubuat sendiri untuk setiap rongga perasaanku
Aku merindumu sayangku. 
Dengan keterbatasan jiwa yang begitu lara.

Abu-abu Violet

Malam-malam adalah kepedihan yang berkabut menyayat dengan tenang melagu
Ketika cinta hanya warna yang dasarnya abu-abu
Teriakan di sisi jendela yang terbiasa aku sumbatkan telingaku
bahwa cinta masih abu-abu

Violet, aku tahu tetap akan abu-abu dengan warnanya menyilau berlaku.

Batin Meruntuh

Telaga dan kesengsaraan senja memerah saga. 
Cinta yang memberikan duka
ciuman yang memberi duka. 
Dan ciuman penawarnya jua kepada pesakitan cinta.

Dibalik Rindu

Aku menahan kesendirianku, mengingat masa lalu. 
Kemudian aku berpikir, jika aku bertemu dengan dia lagi, 
aku akan menunjukkan bahwa aku adalah orang yang berbeda. 

Untuknya dan masa depannya. Aku menyibukkan diri menunggu selama itu.

Rabu, 03 Agustus 2011

Sepenggal Karat

menghela nafas dalam-dalam menghirup debu kehidupan,
menyesakkan dinding cita
aku tahu, engkau tahu
namun, tak semua itu adalah aku.
aku adalah tunggal,
sebuah pelita hampir redup
aku masih sanggup bersinar walau setengah dari sisa kehidupan

seakan aku tersenyum,
seakan aku terlihat sungguh
sekarat lembayu

Selasa, 02 Agustus 2011

Penemu Rumpun Bahasa Indo-Eropa

Sir William Jones (London, 28 September 1746 – Kolkata, 27 April 1794) adalah seorang ahli bahasa Britania (Inggris) dan seorang peneliti India kuno. Ia terutama dikenal sebagai penemu rumpun bahasa Indo-Eropa. Jones lahir di London, ayahnya (yang juga bernama Sir William Jones) adalah seorang ahli matematika. William Jones ketika masih muda sudah sangat pandai berbahasa, ia mampu berbahasa Latin, Persia, Arab dan dasar-dasar aksara Tionghoa. Pada akhir hayatnya ia dikatakan mampu menguasai 28 bahasa.


Meski ayahnya sudah tidak ada lagi ketika ia baru berumur tiga tahun, Jones masih bisa kuliah di Universitas. Ia lulus di Universitas College, Oxford pada 1764, dan langsung berkarir sebagai seorang pengajar dan penterjemah untuk enam tahun kemudian. Pada masa ini ia menerbitkan Histoire de Nader Chah (Hikayat Syah Nadir), sebuah karya sastra Persia yang ia terjemahkan dalam bahasa Perancis atas permintaan Raja Christian VII dari Denmark dan menjenguk Jones. Jones pada usia 22 tahun sudah memiliki reputasi sebagai seorang ahli Orientalis yang terkenal. Ini adalah yang pertama dari karya-karyanya tentang Persia, Turki dan Timur Tengah secara umum.

Mulai tahun 1770, selama tiga tahun ia belajar hukum yang akhirnya akan membawanya ke India. Setelah bertugas di Wales dan diberi tugas untuk menangani Revolusi Amerika dengan Benjamin Franklin di Paris, namun tak berhasil, ia dikirim untuk bekerja di Mahkamah Agung, di Kolkata Bengal pada tahun 1783. Di sana ia tertarik dengan kebudayaan India, yang kala itu masih kurang dikaji para pakar Eropa dan mendirikan Asiatick Society of Bengal. Pada kurun waktu sepuluh tahun kemudian, ia akan menerbitkan banjiran karya-karya mengenai India dan meluncurkan studi modern dalam praktis semua ilmu sosial. Ia antara lain juga menulis tentang hukum, musik, sastra, botani dan geografi. Ia juga membuat terjemahan pertama beberapa karya penting dari kesusastraan India.

Dari semua penemuannya, Jones terutama dikenal sebagai yang menyatakan bahwa bahasa Sansekerta mirip dengan bahasa Yunani dan bahasa Latin. Dalam bukunya The Sanscrit Language (1786) ia menyatakan dugaannya bahwa ketiga bahasa ini memiliki sumber yang sama, dan bahwa mereka semua kemungkinan berkerabat dengan bahasa Gothik, bahasa Keltik dan bahasa Persia. Makalahnya yang ketiga dan diterbitkan pada tahun 1798 dengan fragmen "philologer" yang termasyhur itu, sering dikutip sebagai pembuka studi ilmu perbandingan bahasa dan studi Indo-Eropa.

"Bahasa Sansekerta, bagaimanapun kekunaannya, memiliki struktur yang menakjubkan; lebih sempurna daripada bahasa Yunani, lebih luas daripada bahasa Latin dan lebih halus dan berbudaya daripada keduanya, namun memiliki keterkaitan yang lebih erat pada keduanya, baik dalam bentuk akar kata-kata kerja maupun bentuk tatabahasa, yang tak mungkin terjadi hanya secara kebetulan; sangat eratlah keterkaitan ini, sehingga tak ada seorang ahli bahasa yang bisa meneliti ketiganya, tanpa percaya bahwa mereka muncul dari sumber yang sama, yang kemungkinan sudah tidak ada."

Meski warga Belanda Marcus Zuerius van Boxhorn (1612-1653) dan lain-lain telah sadar bahwa bahasa Persia Kuna berada pada rumpun bahasa yang sama dengan bahasa-bahasa Eropa, tidak lebih dari pertengahan abad ke-17, dan seorang kolonis Amerika, Jonathan Edwards Jr., pada tahun 1787 menerbitkan bahwa rumpun bahasa Algonquin dan Iroquois (rumpun bahasa tak hanya bahasa) berkerabat sembari memberikan bukti (yang tak diberikan Jones), penemuan Jones benar-benar membuat popular penelitian studi rumpun bahasa Indo-Eropa, dan kemungkinan yang pertama menggunakan teknik ilmu perbandingan bahasa. Jones juga secara tidak langsung juga bertanggung jawab akan munculnya gerakan puisi Romantik Inggris yang juga didukung oleh antara lain Lord Byron dan Samuel Taylor Coleridge, karena terjemahannya dari karya puisi "timur" merupakan sumber gaya seperti ini.

Penjelasan Singkat EYD

EYD

A. Penulisan Huruf

1. Huruf kapital atau huruf besar

A. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

Misalnya:

Kami menggunakan barang produksi dalam negeri.

Siapa yang datang tadi malam?

Ayo, angkat tanganmu tinggi-tinggi!

B. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

Misalnya:

Adik bertanya, ”Kapan kita ke Taman Safari?”

Bapak menasihatkan, ”Jaga dirimu baik-baik, Nak!”

C. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan nama kitab suci, termasuk ganti untuk Tuhan.

Misalnya:

Allah, Yang Mahakuasa, Islam, Kristen, Alkitab, Quran, Weda, Injil.

Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hambanya.

Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.

D. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

Misalnya:

Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim, Raden Wijaya.

E. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.

Misalnya:

Presiden Yudhoyono, Mentri Pertanian, Gubernur Bali.

Profesor Supomo, Sekretaris Jendral Deplu.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.

Misalnya:

Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?

Kapten Amir telah naik pangkat menjadi mayor.

Keponakan saya bercita-cita menjadi presiden.

F. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.

Misalnya:

Albar Maulana

Kemal Hayati

Muhammad Rahyan

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

Misalnya:

mesin diesel

10 watt

2 ampere

5 volt

G. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa-bangsa dan bahasa. Perlu diingat, posisi tengah kalimat, yang dituliskan dengan huruf kapital hanya huruf pertama nama bangsa, nama suku, dan nama bahasa; sedangkan huruf pertama kata bangsa, suku, dan bahasa ditulis dengan huruf kecil.

Penulisan yang salah:

Dalam hal ini Bangsa Indonesia yang ….

…. tempat bermukim Suku Melayu sejak ….

…. memakai Bahasa Spanyol sebagai ….

Penulisan yang benar:

Dalam hal ini bangsa Indonesia yang ….

…. tempat bermukim suku Melayu sejak ….

…. memakai bahasa Spanyol sebagai ….

Huruf kapital tidak dipakai sebagi huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.

Misalnya:

keinggris-inggrisan

menjawakan bahasa Indonesia

H. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.

Misalnya:

tahun Saka

bulan November

hari Jumat

hari Natal

perang Dipenogoro

Huruf kapital tidak dipakai sebagi huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.

Misalnya:

Ir. Soekarno dan Drs. Moehammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Perlombaan persenjataan nuklir membawa risiko pecahnya perang dunia.

I. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi.

Misalnya:

Salah

Benar

teluk Jakarta

Teluk Jakarta

gunung Semeru

Gunung Semeru

danau Toba

Danau Toba

selat Sunda

Selat Sunda

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.

Misalnya:

Jangan membuang sampah ke sungai.

Mereka mendaki gunung yang tinggi.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.

Misalnya:

garam inggris

gula jawa

soto madura

J. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, nama resmi badan/
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.

Misalnya:

Departemen Pendidikan Nasional RI

Majelis Permusyawaratan Rakyat

Undang-Undang Dasar 1945

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi lembaga pemerintah, ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.

Perhatikan penulisan berikut.

Dia menjadi pegawai di salah satu departemen.

Menurut undang-undang, perbuatan itu melanggar hukum.

K. Huruf kapital dipakai sebagai huruf kapital setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan/ lembaga.

Misalnya:

Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial.

L. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) dalam penulisan nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, dalam, yang, untuK yang tidak terletak pada posisi awal.

Misalnya:

Idrus menulis buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.

Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.

Dia agen surat kabar Suara Pembaharuan.

Ia menulis makalah ”Fungsi Persuasif dalam Bahasa Iklan Media Elektronik”.

M. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti Bapak, Ibu, Saudara, Kakak, Adik, Paman, yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.

Misalnya:

”Kapan Bapak berangkat?” tanya Nining kepada Ibu.

Para ibu mengunjungi Ibu Febiola.

Surat Saudara sudah saya terima.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai dalam penyapaan.

Misalnya:

Kita semua harus menghormati bapak dan ibu kita.

Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

N. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.

Misalnya:

Dr. : doktor

M.M. : magister manajemen

Jend. : jendral

Sdr. : saudara

O. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.

Misalnya:

Apakah kegemaran Anda?

Usulan Anda telah kami terima.

2. Huruf Miring

A. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.

Misalnya:

majalah Prisma

tabloid Nova

Surat kabar Kompas

B. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.

Misalnya:

Huruf pertama kata Allah ialah a

Dia bukan menipu, melainkan ditipu

Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.

C. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya.

Misalnya:

Nama ilmiah padi ialah Oriza sativa.

Politik devide et impera pernah merajalela di benua hitam itu.

Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut.

Negara itu telah mengalami beberapa kudeta (dari coup d’etat)

B. Penulisan Kata

  1. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Misalnya:

Kantor pos sangat ramai.

Buku itu sudah saya baca.

Adik naik sepeda baru

(ketiga kalimat ini dibangun dengan gabungan kata dasar)

  1. Kata Turunan

A. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.

Misalnya:

berbagai ketetapan sentuhan

gemetar mempertanyakan terhapus

B. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.

Misalnya:

diberi tahu, beri tahukan

bertanda tangan, tanda tangani

berlipat ganda, lipat gandakan

C. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.

Misalnya:

memberitahukan

ditandatangani

melipatgandakan

  1. Bentuk Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.

Misalnya:

anak-anak, buku-buku, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk,

mondar-mandir, porak-poranda, biri-biri, kupu-kupu, laba-laba.

  1. Gabungan Kata

A. Gabungan kata yang lazim disebutkan kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.

Misalnya:

duta besar, kerja sama, kereta api cepat luar biasa, meja tulis, orang tua, rumah sakit, terima kasih, mata kuliah.

B. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang berkaitan.

Misalnya:

alat pandang-dengar (audio-visual), anak-istri saya (keluarga), buku sejarah-baru (sejarahnya yang baru), ibu-bapak (orang tua), orang-tua muda (ayat ibu muda) kaki-tangan penguasa (alat penguasa)

C. Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat padu sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua kata.

Misalnya:

acapkali, apabila, bagaimana, barangkali, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, halal-bihalal, kacamata, kilometer, manakala, matahari, olahraga, radioaktif, saputangan.

D. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.

Misalnya:

adibusana, antarkota, biokimia, caturtunggal, dasawarsa, inkonvensional, kosponsor,

mahasiswa, mancanegara, multilateral, narapidana, nonkolesterol, neokolonialisme, paripurna,

prasangka, purna-wirawan, swadaya, telepon, transmigrasi.

Jika bentuk terikan diikuti oleh kata yang huruf awalnya kapital, di antara kedua unsur kata itu

ditulisakan tanda hubung (-).

Misalnya: non-Asia, neo-Nazi

  1. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya

Kata ganti ku dan kau sebagai bentuk singkat kata aku dan engkau, ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.

aku bawa, aku ambil menjadi kubawa, kuambil

engkau bawa, engkau ambil menjadi kaubawa, kauambil

Misalnya:

Bolehkan aku ambil jeruk ini satu?

Kalau mau, boleh engkau baca buku itu.

Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut ini.

Bolehkah kuambil jeruk ini satu?

Kalau mau, boleh kaubaca buku itu.

  1. Kata Depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.

Misalnya:

Tinggalah bersama saya di sini.

Di mana orang tuamu?

Saya sudah makan di rumah teman.

Ibuku sedang ke luar kota.

Ia pantas tampil ke depan.

Duduklah dulu, saya mau ke dalam sebentar.

Bram berasal dari keluarga terpelajar.

Akan tetapi, perhatikan penulisan yang berikut.

Kinerja Lely lebih baik daripada Tuti.

Kami percaya kepada Ada.

Akhir-akhir ini beliau jarang kemari.

  1. Kata Sandang si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya:

Salah

Benar

Sikecil

si kecil

Sipemalu

si pemalu

Sangdiktator

sang diktator

Sangkancil

sang kancil

  1. Partikel

A. Partikel –lah dan –kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

Bacalah peraturan ini sampai tuntas.

Siapakah tokoh yang menemukan radium?

B. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

Apa pun yang dikatakannya, aku tetap tak percaya.

Satu kali pun Dedy belum pernah datang ke rumahku.

Bukan hanya saya, melainkan dia pun turut serta.

Catatan:

Kelompok berikut ini ditulis serangkaian, misalnya adapun, andaipun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.

Misalnya:

Adapun sebab-musababnya sampai sekarang belum diketahui.

Bagaimanapun juga akan dicobanya mengajukan permohonan itu.

Baik para dosen maupun mahasiswa ikut menjadi anggota koperasi.

Walaupun hari hujan, ia datang juga.

C. Partikel per yang berarti (demi), dan (tiap) ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.

Misalnya:

Mereka masuk ruang satu per satu (satu demi satu).

Harga kain itu Rp 2.00 ,00 per meter (tiap meter).

C. Pemakaian Tanda baca

  1. Tanda titik (.)

A. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

Misalnya:

Ayahku tinggal di Aceh.

Anak kecil itu menangis.

Mereka sedang minum kopi.

Adik bungsunya bekerja di Samarinda.

B. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf pengkodean suatu judul bab dan subbab.

Misalnya:

III. Departemen Dalam Negeri

A. Direktorat Jendral PMD

B. Direktorat Jendral Agraria

1. Subdit ….

2. Subdit ….

I. Isi Karangan 1. Isi Karangan

A. Uraian Umum 1.1 Uraian Umum

B. Ilustrasi 1.2 Ilustrasi

1. Gambar 1.2.1 Gambar

2. Tabel 1.2.2 Tabel

3. Grafik 1.2.3 Grafik

Catatan:

Tanda titik tidak dipakai di belakang angka pada pengkodean sistem digit jika angka itu merupakan yang terakhir dalam deret angka sebelum judul bab atau subbab.

C. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu dan jangka waktu.

Misalnya:

pukul 12.10.20 (pukul 12 lewat 10 menit 20 detik)

12.10.20 (12 jam, 10 menit, dan 20 detik)

D. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.

Misalnya:

Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.

Lihat halaman 2345 dan seterusnya.

Nomor gironya 5645678.

E. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.

Misalnya:

Lawrence, Marry S, Writting as a Thingking Process. Ann Arbor: University of Michigan Press, 1974.

F. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.

Misalnya:

Calon mahasiswa yang mendaftar mencapai 20.590 orang.

Koleksi buku di perpustakaanku sebanyak 2.799.

G. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul, misalnya judul buku, karangan lain, kepala ilustrasi, atau tabel.

Misalnya:

Catur Untuk Semua Umur (tanpa titk)

Gambar 1: Bentuk Surat Resmi Indonesia Baru (tanpa titik)

H. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim atau tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.

Misalnya:

Jakarta, 11 Januari 2005 (tanpa titik)

Yth. Bapak. Tarmizi Hakim (tanpa titik)

Jalan Arif Rahman Hakim No. 26 (tanpa titik)

Palembang 12241 (tanpa titik)

Sumatera Selatan (tanpa titik)

Kantor Pengadilan Negeri (tanpa titik)

Jalan Teratai II/ 61 (tanpa titik)

Semarang 17350 (tanpa titik)

  1. Tanda koma (,)

A. Tanda koma dipaki di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.

Misalnya:

Reny membeli permen, roti, dan air mineral.

Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus, memerlukan prangko.

Menteri, pengusaha, serta tukang becak, perlu makan.

B. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.

Misalnya:

Saya ingin datang, tetapi hari hujan.

Didik bukan anak saya, melainkan anak Pak Daud.

C. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.

Misalnya:

Anak Kalimat

Induk Kalimat

Kalau hujan tidak reda

saya tidak akan pergi

Karena sakit,

kakek tidak bisa hadir

Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak itu mengiringi induk kalimatnya.

Misalnya:

Induk Kalimat

Anak Kalimat

Saya tidak akan pergi

kalau hujan tidak reda.

Kakek tidak bisa hadir

karena sakit.

D. Tanda koma harus dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.

Misalnya:

Meskipun begitu, kita harus tetap jaga-jaga.

Jadi, masalahnya tidak semudah itu.

E. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.

Misalnya:

O, begitu?

Wah, bagus, ya?

Aduh, sakitnya bukan main.

F. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

Misalnya:

Kata ibu, ”Saya berbahagia sekali”.

”Saya berbahagia sekali,” kata ibu.

Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

Misalnya:

Surat ini agar dikirim kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta Pusat. Sdr. Zulkifli Amsyah, Jalan Cempaka Wangi VII/11, Jakarta Utara 10640

Jakarta, 11 November 2004

Bangkok, Thailand

G. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.

Misalnya:

Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diskusi Insan Mulia, 2001), hlm. 27.

H. Tanda koma dipakai di antara orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

Misalnya:

A. Yasser Samad, S.S.

Zukri Karyadi, M.A.

I. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.

Misalnya:

Guru saya, Pak Malik, Pandai sekali.

Di daerah Aceh, misalnya, masih banyak orang laki-laki makan sirih.

Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti praktik komputer.

Bandingkan dengan keterangan pembatas yang tidak diapit oleh tanda koma.

Semua siswa yang berminat mengikuti lomba penulisan resensi segera mendaftarkan namanya kepada panitia.

J. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.

Misalnya:

Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersunguh-sungguh.

Atas pertolongan Dewi, Kartika mengucapkan terima kasih.

K. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.

Misalnya:

”Di mana pameran itu diadakan?” tanya Sinta.

”Baca dengan teliti!” ujar Bu Guru.

  1. Tanda Titik Koma (;)

A. Tanda titik koma untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.

Misalnya:

Hari makin siang; dagangannya belum juga terjual.

B. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.

Misalnya:

Ayah mencuci mobil; ibu sibuk mengetik makalah; adik menghapal nama-nama menteri; saya sendiri asyik menonton siaran langsung pertandingan sepak bola.

C. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan unsur-unsur dalam kalimat kompleks yang tidak cukup dipisahkan dengan tanda koma demi memperjelas arti kalimat secara keseluruhan.

Misalnya:

Masalah kenakalan remaja bukanlah semata-mata menjadi tanggung jawab para orang tua, guru, polisi, atau pamong praja; sebab sebagian besar penduduk negeri ini terdiri atas anak-anak, remaja, dan pemuda di bawah umur 21 tahun.


Dari Ejaan van Ophuijsen Hingga EYD

1. Ejaan van Ophuijsen

Pada tahun 1901 ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang disebut Ejaan van Ophuijsen, ditetapkan. Ejaan tersebut dirancang oleh van Ophuijsen dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma'moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan ini adalah sebagai berikut.

  1. Huruf j untuk menuliskan kata-kataE3Cspan style="font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-bidi-font-family:"Times New Roman""> jang, pajah, sajang.
  2. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.
  3. Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma'moer, 'akal, ta', pa', dinamai'.

2. Ejaan Soewandi

Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi diresmikan menggantikan ejaan van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan ejaan Republik. Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu adalah sebagai berikut.

  1. Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umur.
  2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.
  3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
  4. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang.

3. Ejaan Melindo

Pada akhir 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu (Slametmulyana-Syeh Nasir bin Ismail, Ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmian ejaan itu.

4. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.

Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.

Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.

Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut.


1. Perubahan Huruf

Ejaan Soewandi

Ejaan yang Disempurnakan

dj

djalan, djauh

j

jalan, jauh

j

pajung, laju

y

payung, layu

nj

njonja, bunji

ny

nyonya, bunyi

sj

isjarat, masjarakat

sy

isyarat, masyarakat

tj

tjukup, tjutji

c

cukup, cuci

ch

tarich, achir

kh

tarikh, akhir

2. Huruf-huruf di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan Soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya.

f

maaf, fakir

v

valuta, universitas

z

zeni, lezat

3. Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai

a : b = p : q
Sinar-X

4. Penulisan di- atau ke- sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan dibedakan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.

di- (awalan)

di (kata depan)

ditulis

di kampus

dibakar

di rumah

dilempar

di jalan

dipikirkan

di sini

ketua

ke kampus

kekasih

ke luar negeri

kehendak

ke atas

5. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2.

anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat

Sumber: Cermat Berbahasa Indonesia, Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai